Kain grey atau kain mentah adalah kain
yang baru selesai melalui proses penenunan. Kain ini masih kasar, kotor,
berkanji dan disebut juga dengan kain blacu. Untuk mendapatkan kain yang siap
pakai, kain grey harus melalui proses penyempurnaan terlebih dahulu. Proses
penyempurnaan kain bertujuan untuk meningkatkan dan merekayasa sifat dasar
serat agar sesuai dengan kebutuhan bahan dasar busana.
1.
Pemasakan
(scoaring)
Pemasakan
merupakan proses persiapan yang memegang peranan penting bagi bahan tekstil
karena dengan pemasakan akan memudahkkan bahan untuk menyerap zat-zat yang ada
pada proses berikutnya. Tujuan dari proses ini adalah untuk memperoleh bahan
tekstil yang bersih atau untuk menghilangkan kotoran alami berupa lemak,
minyak, pektin, serisin, gum, kulit biji kapas (pada serat selulosa dan protein)
dan kotoran dari luar seperti oli, debu, spinning oil (pada serat sintetik)
sehingga meningkatkan daya serap pada seluruh permukaan bahan secara merata.
Proses
pemasakan serat-serat alam dilakukan dengan menggunakan alkali seperti NaOK dan
Na2CO3. NaOH sebagai alkali berfungsi kuat untuk membantu
aktifnya proses pengelantangan. Sedangkan H2O2 berfungsi
sebagai zat oksidator pada proes pengelantangan.
Mekanisme
proses pemasakan adalah menyabunkan kotoran sehingga dapat larut dalam air
serta melepaskan kotoran akibat efek detergenisasi dari larutan pemaakan dan
gerakan mekanik yang diberikan pada bahan. Pemasakan dapat dilakukan secara
proses tersendiri maupun dilakukan stimultan dengan proses penghilangan kanji
dan pengelantangan. Untuk bahan dengan kandungan kotoran yang tinggi sebaiknya
dilakuan secara terpisah (serat alam), sedangkan untuk bahan yang terbuat dari
serat sintetik atau serat campuran biasanya dilakukan proses simultan.
2.
Pemutihan
(bleaching)
Pemutihan
adalah proses menghilangkan warna kekuning-kuningan pada bahan mentah karena
pigmen alam sehingga diperoleh bahan yang putih. Proses ini menggunakan NaOCL,
CaOCl (kaporit), SO2,NaSO3 dan lain-lain.
Kain putih
yang didapt dari proses bleaching adalah kain yang siap untuk proses
selanjutnya, yaitu proses pencelupan dan printing. Sedangkan kain yang ingin
dijual berupa kain putih harus melalui proses lagi dengan pemutih optik yaitu
zat yang menambah daya kilap karena pengumpulan pemantulan sinar sehingga
tampak lebih putih dan berkilau. Zat pemutih optik bersifat fluorocence yaitu
mampu menyerap sinar UV dan diubah menjadi sinar yang panjang gelombangnya
berubah-ubah.
3.
Pencelupan
(dyeing)
Pencelupan
adalah proses pemberian warna secara merata dan bersifat permanen dengan
menggunakan medium utama air. Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan
zat warna dalam air, kemudian memasukkan bahan tekstil ke dalam larutan
tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna ke dalam serat.
Pencelupan
menggunakan zat pewarna. Zat pewarna ada yang terbuat secara alami, seperti
kunyit, teh, daun pohon nila dan sebagainya. Namun zat pewarna alami ini
hasilnya tidak konsisten. Zat pewarna sintetis dibandingkan dengan zat pewarna
alami lebih baik dan hasilnya lebih konsisten. Zat warna sintetis digunakan
sesuai dengan asal serat tekstil. Misalnya zat warna direk (wantex) dan reaktif
(dilon) dapat digunakan untuk kain dari serat selulosa, protein dan poliamida.
Sedangkan zat warna dispersi (iretsu) dapat digunakan untuk kain dari semua
jenis serat.
Proses
pencelupan dibagi menjadi empat tahap. 1) proses difusi, yaitu proses pelarutan
zat warna ke dalam air. 2) proses migrasi, yaitu proses penempelan zat warna
pada permukaan kain. 3) proses absorbsi, yaitu proses masuknya zat warna ke
dalam serat kain. 4) proses penetrasi, yaitu proses masuknya zat warna ke dalam
pusat serat tekstil.
Bahan yang
dibutuhkan untuk proses pencelupan : Air sebagai zat pelarut, zat pewarna, zat
pembantu (garam, cuka, tawas), suhu antara 40-100 derajat C. Proses pencelupan
: 1) masukkan zat pewarna dan zat pembantu ke dalam air, 2) panaskan air hingga
mencapai suhu yang ditentukan, 3) masukkan kain dan aduk hingga proses
penetrasi zat warna, 4) keluarkan kain. Setelah proses pencelupan selesai makan
kain harus dicuci untuk menghilangkan sisazat warna yang tidak dapat diserap
lagi (proses fiksasi zat warna).
4.
Pewarnaan
(colouring)
Proses
pewarnaan umumnya diatas umumnya dilakukan di industri tekstil. Untuk produk
tekstil yang digunakan untuk kepentingan terbatas (biasanya menyangkut karya
seni) ada juga cara pewarnaan lain seperti menggunakan teknik lukis, colet, air
brush dan sebagainya.
Contohnya batik colet, pembuatan kain
tie dye dan lain-lain.
5.
Pencapan
(printing)
Proses
pemberian zat warna pada bahan tekstil secara setempat pada permukaan bahan
tekstil sehingga menimbulkan komposisi warna dan motif tertentu dengan tiga
komponen utama yaotu zat warna, pengental dan obat tertentu. Pencapan ada 4
macam yaitu : 1) Pencapan langsung (direct rinting) yaitu langsung dipermukaan
kain putih atau berwarna muda, 2) Pencapan tumpang (over printing) pencapan
pada kain yang sudah di cap, 3) Pencapan etsa, yaitu pencapan pada kain
berwarna gelap, 4) pencapan rintang, yaitu pencapan dengan menggunakan zat
perintang warna.
Tugas PPGJ Tata Busana Uniked 2018
Tugas PPGJ Tata Busana Uniked 2018
numpang promote ya min ^^
BalasHapusHayyy guys...
sedang bosan di rumah tanpa ada yang bisa di kerjakan
dari pada bosan hanya duduk sambil nonton tv sebaiknya segera bergabung dengan kami
di DEWAPK agen terpercaya di tunggu lo ^_^