Kompetensi Dasar dan Indikator
Pencapaian Kompetensi :
3.2
Menerapkan pembuatan pola dasar busana teknik
konstruksi
3.2.1 Menjelaskan alat dan bahan pembuatan pola
3.2.2
Menjelaskan pembuatan pola dasar busana teknik konstruksi
4.2
Membuat Pola dasar busana teknik konstruksi
4.2.1 Menggunakan alat dan bahan pembuatan
pola dasar busana teknik konstruksi
4.2.2 Membuat pola dasar busana teknik konstruksi
sesuai dengan ukuran
Tujuan
Pembelajaran
1.
Siswa
dapat memilih dan menggunakan alat dan bahan pembuatan pola busana teknik
konstruksi dengan tepat
2.
Siswa
dapat menguraikan proses pembuatan pola dasar busana teknik konstruksi dengan
benar
3.
Siswa
dapat membuat pola dasar busana teknik konstruksi sesuai dengan ukuran
pelanggan dengan benar
Materi Pembelajaran :
1.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan pola dasar busana teknik konstruksi
Pembuatan pola dasar
busana teknik konstruksi
Definisi Pembuatan Pola Dasar Busana
Teknik Konstruksi
Konstruksi pola adalah pola yang dibuat berdasarkan ukuran
dari bagianbagian badan yang diperhitungkan secara matematis dan digambar pada
kertas sehingga tergambar bentuk
badan muka dan belakang, rok, lengan, kerah dan sebagainya (Widjiningsih, 1994: 3).
Menurut (Porrie Muliawan, 1990: 2) pola
konstruksi adalah pola yang diperoleh dengan
cara mengukur badan seseorang dengan pita
ukuran, ukuran-ukuran diperhitungkan secara matematika dan digambar pada kertas sehingga tergambar bentuk badan
muka, belakang, lengan, rok, dan kerah.
Pola dasar badan dengan teknik konstruksi adalah gambar atau
potongan kertas yang dipakai untuk contoh
sebelum membuat baju dengan sistem cara
kerja tertentu atau kutipan bentuk badan manusia yang asli atau yang belum
dirubah yang dibuat berdasarkan ukuran dari
bagian-bagian badan yang diperhitungkan
secara matematis dan digambar pada kertas sehingga tergambar bentuk badan muka dan belakang.
Ciri-ciri pola konstruksi adalah;
1.
Ada
ukuran-ukuran model,
2.
Ada
petunjuk pembuatan pola, secara terinci disertai gambar pola,
3.
Pola yang dihasilkan
sesuai dengan model dan tidak lagi memerlukan penyesuaian pola.
Kelebihan pola konstruksi,
antara lain:
a.
Bentuk badan lebih sesuai dengan
bentuk badan seseorang.
b.
Besar kecilnya lipit kup lebih sesuai
dengan besar besar kecilnya bentuk buah dada seseorang,
c.
Perbandingan bagian-bagian dari model
lebih sesuai dengan besar kecilnya bentuk badan si
pemakai.
Kekurangan pola konstruksi
(Porrie Muliawan, 1990: 7), antara lain:
a.
Pola konstruksi tidak mudah digambar,
b.
Waktu yang diperlukan lebih lama dari
memakai pola jadi,
c.
Harus mengetahui kelemahan dari
konstruksi yang dipilih.
Alat dan Bahan yang dibutuhkan untuk
pembuatan pola konstruksi
1.
Pita ukur (cm)
2.
Penggaris
3.
Kertas Pola (Buku pola atau Buku
Kostum)
4.
Skala
5.
Pensil dan Bulpen
6.
Penghapus
7.
Lem kertas
Pembuatan
Pola Sistem Dress Making
Ukuran yang
dibutuhkan untuk pola sistem dressmaking:
a.
Lingkar
leher = 38 cm
b.
Lebar
muka = 33 cm
c.
Lingkar
badan = 88 cm
d.
Tinggi
dada = 15 cm
e.
Lingkar
pinggang = 66 cm
f.
Lingkar
panggul = 96 cm
g.
Tinggi
panggul = 16 cm
h.
Lebar
punggung = 34 cm
i.
Panjang
punggung = 37 cm
j.
Panjang
rok = 50 cm
k.
Panjang
bahu = 12 cm
l.
Panjang
lengan = 24 cm
m.
Tinggi
puncak lengan = 12 cm
Keterangan pola
Menggambar
pola sistem dressmaking dimulai dari pola belakang, tetapi sebelumnya
ditentukan pedomam umumnya yaitu ukuran ½ lingkar badan yang dimulai dengan
sebuah titik.
1.
A
– B = ½ ukuran lingkar badan
2.
A
– C = ¼ lingkar badan ditambah 1 cm
3.
B
– B1 = 1,5 cm
4.
B1
– D = ukuran panjang punggung, buat garis horizontal ke titik E
5.
B
– B2 = 1/6 lingkar leher ditambah 1 cm
6.
Hubungkan
titik B1 dengan B2 seperti gambar (leher belakang)
7.
C
– C1 = 5 cm,
8.
hubungkan
ke titik B2 dengan garis putus-putus (garis bantu).
9.
B2
dipindahkan ukuran panjang bahu melalui garis bantu diberi nama titik B3
10. B3 – B4 = 1 cm, samakan ukuran B2 ke
B4 dan dihubungkan dengan garis tegas
11. B1 – G = ½ panjang punggung ditambah 1
cm, buat garis horizontal ke kiri dan beri nama titik H
12. B1 – G1 = 9 cm
13. G1 – F1 = ½ lebar punggung (buat garis
batas lebar punggung) Bentuk garis lingkar kerung lengan belakang mulai dari
titik B4 menuju F1 terus ke F seperti gambar.
14. D – D1 = ¼ ukuran lingkar pinggang
ditambah 3 cm (besar lipit kup) dikurang 1 cm
15. D – D2 = 1/10 lingkar pinggang
16. D2 – D3 = 3 cm (besar lipit kup)
17. Dari D2 dan D3 dibagi 2, dibuat garis
putus-putus sampai ke garis badan (G dan H) diukur 3 cm ke bawah, dihubungkan
dengan titik D2 dan D3 menjadi lipit kup.
18. D – D1 = ¼ ukuran lingkar pinggang
ditambah 3 cm.
19. D1 dihubungkan dengan F, menjadi garis
sisi badan bagian belakang.
Keterangan
pola bagian muka
1.
A
– A1 = 1/6 lingkar leher ditambah 1 cm
2.
A
– A2 = 1/6 lingkar leher ditambah 1,5 cm
3.
Hubungkan
titik A1 dengan A2 seperti gambar (garis leher pola muka).
4.
A1
– C2 = ukuran panjang bahu
5.
A2
– A3 = 5 cm
6.
A3
– F2 = ½ lebar muka
7.
Hubungka
titik C2 ke F2 terus ke F seperti gambar (lingkar kerung lengan bagian muka).
8.
E
– E1 = 2 cm (sama besarnya dengan ukuran kup sisi)
9.
E1
– E4 = ¼ lingkar pinggang ditambah 4 cm (3 cm besar lipit kup dan 1 cm untuk
membedakan pola muka dengan belakang)
10. E1 – E2 = 1/10 lingkar pinggang
11. E2 – E3 = 3 cm (besar lipit kup)
12. E2 dan E3 dibagi dua dibuat garis
putus-putus sampai ke garis tengah bahu.
13. A2 – J = ukuran tinggi dada
14. Dari J dibuat garis sampai ke
15. J1. J1 – J2 = 2 cm, lalu dihubungkan
dengan titik E2 dan E3 membentuk lipit kup
16. F – I = 9 cm,
17. hubungkan dengan garis putus-putus ke
titik J1
18. J1 – K = 2 cm
19. Dari I ke I1 dan I2 diukur
masing-masing 1 cm, lalu hubungkan dengan titik K.
20. I1 – K = I2 – K, yang dijadikan
patokan panjang adalah ukuran I1 ke K.
21. E4 dihubungkan dengan I2 dan titik I1
dengan F, menjadi garis sisi badan bagian muka
Sumber Bacaan :
Erna Wati, Izwerni, Weni
Nelmira, 2008. Tata busana Jilid 2
Komentar
Posting Komentar